Tiga Negara Asia Timur Bahas Krisis Nuklir Korea Utara

Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel), Cho Tae-yul, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dan Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, menegaskan kembali komitmen bersama mereka terhadap perdamaian di Semenanjung Korea. Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan trilateral mereka di Tokyo pada 22 Maret 2024.

“Sangatlah tepat waktu dan bermakna bahwa pembicaraan tiga arah hari ini berlangsung dalam konteks kita menjaga momentum kerja sama trilateral, yang dihidupkan kembali oleh pertemuan puncak tahun lalu di Seoul setelah jeda selama 4,5 tahun,” ungkap Cho dalam konferensi pers bersama.

1. Kerja Sama Ekonomi Trilateral: Fokus pada Perjanjian Perdagangan Bebas

Pertemuan tersebut berlangsung di tengah ketidakpastian global yang meningkat, termasuk kembalinya Presiden AS Donald Trump dan perang di Ukraina. Wang Yi menekankan pentingnya peran Beijing, Tokyo, dan Seoul dalam menjaga stabilitas regional melalui peningkatan komunikasi dan kerja sama.

Ia juga menyerukan dimulainya kembali negosiasi perjanjian perdagangan bebas trilateral. Ketiga negara, dengan populasi hampir 1,6 miliar dan output ekonomi lebih dari 24 triliun dolar AS, memiliki potensi besar untuk memberikan pengaruh signifikan di kancah internasional.

Iwaya menambahkan bahwa ketiga negara sepakat untuk mempercepat proses penyelenggaraan pertemuan puncak para pemimpin trilateral. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama untuk membimbing kawasan dan komunitas internasional menuju kerja sama, bukan perpecahan.

2. Denuklirisasi Korea Utara dan Isu Keamanan Regional

Iwaya menegaskan kembali posisi Jepang yang menolak perubahan status quo secara sepihak melalui kekerasan. Ia juga menyatakan kekhawatiran tentang kerja sama militer antara Korea Utara (Korut) dan Rusia.

Baik Iwaya maupun Cho Tae-yul menyatakan keprihatinan atas program senjata nuklir dan rudal Korut, serta menyerukan kerja sama untuk menyelesaikan masalah penculikan warga negara Jepang oleh Korut. Cho Tae-yul menekankan pentingnya upaya untuk mewujudkan denuklirisasi penuh Korut dan kepatuhan terhadap sanksi PBB.

3. Ketidakpastian Global dan Kerja Sama Bilateral

Situasi global yang tidak menentu, termasuk krisis properti di China, krisis politik di Korsel, dan periode kedua Trump, telah meningkatkan pentingnya kerja sama bilateral dan trilateral di Asia Timur.

Ancaman perang dagang yang semakin memanas dan persaingan antara China dan AS mendorong ketiga negara untuk memperkuat kerja sama mereka. Pertemuan terakhir para menteri luar negeri ketiga negara berlangsung pada November 2023 di Busan, sementara pertemuan puncak para pemimpin terjadi di Seoul pada Mei 2023.

Kesimpulan: Pertemuan trilateral antara Korsel, China, dan Jepang di Tokyo menandai komitmen bersama untuk perdamaian di Semenanjung Korea dan peningkatan kerja sama ekonomi dan keamanan regional di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat. Fokus pada denuklirisasi Korut dan pemulihan perjanjian perdagangan bebas merupakan poin penting dalam upaya membangun stabilitas kawasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *